Sabtu (08/09) kemarin, seperti biasa, aku ke rumah Mbah Ummi (nenek-ku). Itu sudah jadi kebiasaan kami, kalau di rumah tidak ada acara, aku dan Dede' selalu diantar Yanda ke rumah Mbah Ummi'. Aku senang sekali, karena di sana bisa bermain-main sama kakak sepupuku, Nabil dan Hafiz (adiknya).
Sabtu kemarin menjadi berbeda dari biasanya, karena ketika kami sampai di sana setelah Kakak pulang sekolah ternyata dia sakit. Badannya panas, entah kenapa? Yah, tidak ada teman bermain deh... Terpaksa aku hanya bisa bermain sama Kakak Hafiz yang masih bayi itu. Aku memanggilnya 'kakak', karena dia anak dari saudara tertua Bunda-ku, yaitu Mama Sun. Sesekali tampak kakak Nabil merengek-rengek sama mamanya, walau dia sekarang sudah kelas satu SD. Mungkin karena panas tubuhnya yang mulai tinggi. Kasihan juga aku melihatnya...
Dia tidak bisa bermain, hanya bisa duduk dengan selonjor kaki di sofa ruang tamu rumah Mbah. Hingga malam, ternyata panas badan kakak tak kunjung reda. Bahkan, sekitar jam 11 malam, ketika aku sudah tidur lelap, kakak sempat muntah. Maka segera saja dia dibawa ke rumah sakit oleh Ayah dan Mamanya. Kata Bunda-ku sih, dia sempat mengantar juga ke rumah sakit. Kisah Bunda lagi, sejak semalam kakak tidak diperkenankan pulang. Dia harus menjalani perawatan di sana.
Esok harinya, ketika Yanda hendak menyusul aku ke rumah Mbah, kami sempatkan menjenguk kakak. Kami mampir ke rumah sakit sebelum kami pulang ke rumah di Sidoarjo. Sayang, ketika sampai di sana anak kecil tidak diperbolehkan masuk oleh perawat yang menjaga. Aku dan Dede'-ku hanya bisa melihat kakak dari balik kaca di pintu kamar di mana dia dirawat.
Aku lihat, kasihan sekali kakak! Ada semacam selang kecil dengan jarum yang menancap di lengan kanannya. Juga ada selang di hidungnya! Beberapa saat kami memperhatikan dia dari luar kamar, hanya Yanda-ku yang masuk dan sempat ngobrol sama Pak Po (ayahnya kakak). Ketika kami hendak pulang, Yanda-ku menyodorkan handphonenya pada ku. Ternyata sudah tersambung dengan handphone Pak Po di dalam. "Kamu mau ngomong sama Kakak?" tanya Yanda sembari menyodorkan HP-nya.
Kulihat di dalam Pak Po juga menempelkan HP-nya ke telinga Kakak. "Kak, aku pulang dulu ya... Cepat sembuh ya Kak. Nanti kalau sembuh aku kasih hadiah sesuatu, yah...!" Kakak Nabil tidak membalas kalimat-kalimatku, tampak dia hanya mengangguk-angguk pelan sambil tersenyum. Aku turut sedih, "Ya Allah yang maha Pengasih lagi maha Penyayang. Berilah kesembuhan dan kekuatan pada Kakak Nabil." Amin...
Sabtu kemarin menjadi berbeda dari biasanya, karena ketika kami sampai di sana setelah Kakak pulang sekolah ternyata dia sakit. Badannya panas, entah kenapa? Yah, tidak ada teman bermain deh... Terpaksa aku hanya bisa bermain sama Kakak Hafiz yang masih bayi itu. Aku memanggilnya 'kakak', karena dia anak dari saudara tertua Bunda-ku, yaitu Mama Sun. Sesekali tampak kakak Nabil merengek-rengek sama mamanya, walau dia sekarang sudah kelas satu SD. Mungkin karena panas tubuhnya yang mulai tinggi. Kasihan juga aku melihatnya...
Dia tidak bisa bermain, hanya bisa duduk dengan selonjor kaki di sofa ruang tamu rumah Mbah. Hingga malam, ternyata panas badan kakak tak kunjung reda. Bahkan, sekitar jam 11 malam, ketika aku sudah tidur lelap, kakak sempat muntah. Maka segera saja dia dibawa ke rumah sakit oleh Ayah dan Mamanya. Kata Bunda-ku sih, dia sempat mengantar juga ke rumah sakit. Kisah Bunda lagi, sejak semalam kakak tidak diperkenankan pulang. Dia harus menjalani perawatan di sana.
Esok harinya, ketika Yanda hendak menyusul aku ke rumah Mbah, kami sempatkan menjenguk kakak. Kami mampir ke rumah sakit sebelum kami pulang ke rumah di Sidoarjo. Sayang, ketika sampai di sana anak kecil tidak diperbolehkan masuk oleh perawat yang menjaga. Aku dan Dede'-ku hanya bisa melihat kakak dari balik kaca di pintu kamar di mana dia dirawat.
Aku lihat, kasihan sekali kakak! Ada semacam selang kecil dengan jarum yang menancap di lengan kanannya. Juga ada selang di hidungnya! Beberapa saat kami memperhatikan dia dari luar kamar, hanya Yanda-ku yang masuk dan sempat ngobrol sama Pak Po (ayahnya kakak). Ketika kami hendak pulang, Yanda-ku menyodorkan handphonenya pada ku. Ternyata sudah tersambung dengan handphone Pak Po di dalam. "Kamu mau ngomong sama Kakak?" tanya Yanda sembari menyodorkan HP-nya.
Kulihat di dalam Pak Po juga menempelkan HP-nya ke telinga Kakak. "Kak, aku pulang dulu ya... Cepat sembuh ya Kak. Nanti kalau sembuh aku kasih hadiah sesuatu, yah...!" Kakak Nabil tidak membalas kalimat-kalimatku, tampak dia hanya mengangguk-angguk pelan sambil tersenyum. Aku turut sedih, "Ya Allah yang maha Pengasih lagi maha Penyayang. Berilah kesembuhan dan kekuatan pada Kakak Nabil." Amin...
***Foto di atas, aku sedang action di rumah Mbah, yang motret Yanda-ku. Gaya kami seperti Power Rangers yah...