Aku ingin berbagi cerita, oleh-oleh dari rumah Mbah Yut di Lamongan, Lebaran kemarin. Kami sekeluarga merayakan Lebaran 1924 H bersama di sana. Kami berangkat ke Lamongan pada Senin sore, tanggal 29 September 2008. Lumayan juga, tiba di rumah Mbah sudah beranjak petang.
Hari terakhir puasa kami lewati di sana, walau aku sendiri tidak puasa maklum masih kecil he..he.. Tapi sungguh tinggal di sana begitu menyenangkan, bukan hanya suasana alamnya yang segar khas hawa pedesaan. Tetapi juga bermacam kegembiraan jelang Hari Raya.
Malam Lebaran kami habiskan dengan menyaksikan pawai obor dari anak-anak sekolah yang berkeliling kampung sambil membaca takbir, tahlil, dan tahmid. Mereka berbaris rapi, dengan wajah-wajah ceria khasnya dan obor di tangan masing-masing, berjalan menyusuri jalan-jalan di kampung.
Setelah usai, kami pun mulai menciptakan keceriaan sendiri. Yandaku di bantu Om Didik (dia suaminya Ate Khoeroh) membakar kembang api. Berkali-kali letupanya yang menghadirkan suara keras mengundang para tetangga untuk bergerombol di sekitar tegalan samping rumah Mbah Yut.
Esok hari, pagi-pagi sekali semua berbondong menuju Masjid untuk melakukan Sholat Id. Aku berangkat bersama Yanda. Walau kami sudah berangkat begitu pagi, setidaknya bagiku itu sangat pagi sebab aku masih merasa ngantuk dan sedikit malas, hampir saja kami tidak dapat tempat.
Yang paling menyenangkan keesokan hari setelah Lebaran. Setelah usai kami berkunjung ke sanak saudara di sana, kami pun santai di teras rumah Mbah Yut. Tiba-tiba Mbah Man mengajak kami ke bawan (seperti empang) di dekat ladang, tak jauh dari rumah.
Ternyata beliau hendak menyedot air dan dialirkan ke ladang, mengingat sekarang musim kemarau. Kami pun berhamburan mengikuti Mbah Man. Tiba di sana ternyata bawannya juga kering, hanya menyisakan sedikit air yang bagian atasnya tertutupi ganggang dan dedaunan bambu yang jatuh.
Air tetap disedot dan dialirkan ke ladang jagung, tiba-tiba muncul celetukan dari seorang tetangga untuk menangkap ikan yang ada di bawan itu juga. Lalu di antara mereka ada yang segera berlari membeli potas (sejenis racun ikan). Setelah dicampur air, potas pun ditebar ke seluruh permukaan bawan.
Setelah menunggu sesaat, benar saja beberapa ekor ikan mulai tampak menggelepar-gelepar. Beberapa orang pun turun memunguti ikan-ikan itu, Om Koko (adiknya Bundaku), Bapaknya Mas Obit, dan Om Said pun tak ketinggalan menangkapi ikan-ikan yang tampak mabuk itu. Banyak juga yang mereka dapat. Dan yang paling seru, Om Koko berhasil menangkap ikan yang ukurannya sebesar lenganku. Pengalaman seru nih....
* Foto ini saat Pakde Lik mulai menyalakan mesin untuk menyedot air (atas), yang ini saat orang-orang mulai menangkap ikan-ikan (bawah).